
Keberadaan mangrove merupakan konsep bioprospeksi hutan yang mampu menjadi penopang kehidupan masyarakat daerah dari segi ekonomi dan sosial dengan memanfaatkan segala sumber daya yang berasal dari mangrove. Namun hutan mangrove makin hari makin mengecil jumlah luasannya, hal ini lantaran kesadaran manusia yang semakin berkurang terhadap kelestarian hutan mangrove. Kurangnya kesadaran ini lantaran masyarakat kurang merasa memiliki serta kurangnya dampak positif adanya mangrove dalam kehidupan masyarakat sekitar mangrove. Hutan mangrove dianggap hanya sebagai tanaman asli pinggir laut saja sehingga untuk merawat atau bahkan meningkatkan eksosistem mangrove sangat minim sekali. Keadaan ini semakin membuat miris daerah pesisir, banjir rob juga semakin sering terjadi namun masyarakat lebih memilih memasang beton pecah ombak ketimbang mangrove.
Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat kawasan hutan mangrove dengan cara mengoptimalkan potensi hutan mangrove. Optimalisasi dimulai dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat terkait manfaat hutan mangrove dan pemanfaatan hasil hutan mangrove menjadi produk makanan yang lebih bernilai. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat akan nilai jual yang bisa dihasilkan oleh hutan mangrove maka secara tidak langsung masyarakat sekitar mangrove akan terus merawat keberadaan mangrove hingga memperbanyak keberadaan tanaman mangrove tersebut.
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa program studi teknologi pangan, institute teknologi Kalimantan dengan mitra masyarakat kariangau kota Balikpapan pada kelompok wanita srikandi untuk melakukan simulasi terkait pembuatan olahan pangan berbahan dasar buah mangrove jenis pedada. Buah pedada merupakan salah satu jenis buah mangrove yang dapat dikonsumsi. Buah ini di kota Balikpapan umumnya dimakan oleh bekantan di sekitar lingkungan mangrove dan belum dimanfaatkan dengan baik sebagai produk pangan. Hal tersebut dikarenakan belum banyaknya pengetahuan masyarakat terkait potensi daya jual buah tersebut.
Buah pedada merupakan buah mangrove dengan berbentuk bulat serta bewarna cokelat. Buah pedada yang dapat digunakan sebagai bahan pangan yaitu buah pedada yang sudah masak yang ditandai dengan warna buah yang sudah tua dan menhasilkan aroma manis dari buah pedada serta yang paling mencolok yaitu tekstur buah yang sudah lunak. Permasalahannya yaitu buah pedada memiliki rasa yang masam sehingga kurang diminati serta rasa yang agak sepat jika dimakan langsung saat segar. Buah pedada sangat potensial untuk dijadikan sebagai produk olahan pangan karena memiliki rasa yang khas serta aroma yang sangat otentik buah mangrove. Pengolahan buah pedada melalui kegiatan ini dikembangkan menjadi minuman buah, sirup, permen jelly dan kerupuk buah mangrove. Keempat produk pangan ini dikemas dengan baik sehingga menarik untuk dijual.
Kegiatan tak hanya dilakukan untuk sosialisasi produk olahan namun juga dilakukan simulasi pembuatan produk berupa kerupuk mangrove dan permen mangrove. Simulasi ini dilakukan di rumah ibu RT dan kelompok wanita srikandi yang berjumlah 10 orang yang berisikan ibu ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Simulasi pembuatan produk krupuk dan permen dilakukan oleh para mahasiswa.
Pembuatan kerupuk buah mangrove ini menggunakan bahan dasar berupa daging buah mangrove yang ditambahkan dengan bahan penyedap serta banhan pelengkap yaitu tepung terigu dan tapioka. Sedangkan pada pembuatan permen jelly menngunakan bahan dasar sirup buah mangrove yang ditambahkan bahan gelatin untuk membuat gel pada permen mangrove tersebut. Kegiatan diakhiri dengan melakukan uji rasa oleh semua peserta kegiatan.